
PAKUALAMAN:SEJARAH
DAN KESETIAAN
Beberapa
hari yang lalu tepatnya pada hari Kamis tanggal 20 September 2019.Beberapa
kawan dari jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta 2018 berkunjung ke Puro Pakualaman Yogyakarta.Termasuk didalam
rombongan ada saya dengan sedikit sekali semangat untuk berkunjung ke Puro
Pakualaman.
Sejarah
Kadipaten Pakualaman cukup unik,Seperti yang sudah dijelaskan oleh KPH
Kusumoparasto.Dimulai dari Sultan Hamengku Buwono 1 yang memiliki anak dari 2
istri yang berbeda.Kelahiran anak dari Permaisuri serta selir inilah yang
menjadi cikal-bakal berdirinya Kadipaten Pakualaman.Anak dari Permaisuri yang
otomatis akan menjadi penerus takhta merasa was-was dengan kehadiran anak dari
selir yang bernama R.A.Srenggorowati yang karena berasal dari desa membuat
tingkah laku dan perbuatannya lebih di sukai oleh Sultan.Pangeran
Notokusumo,nama anak tersebut seperti menjadi anak emas bagi Sultan sehingga
membuat Putra Mahkota (Adipati Anom) merasa terancam dengan kehadiran Pangeran
Natakusuma yang dikhawatirkan dapat merebut takhta nya.Oleh karena itu Adipati
Anom meminta kepada ayahandanya agar Pangeran Natakusuma membuat janji sumpah
setia di hadapan Sultan.
Konflik
Kekhawatiran Putra Mahkota ini tidak berhenti sampai disini.Pada masa Sultan
Hamengku Buwono II,Putra Mahkota kembali merasa khawatir sehingga ia berusaha
untuk menyingkirkan Pangeran Natakusuma dengan cara memfitnahnya bahwa ia telah
bersekongkol dengan Raden Ranggo (Bupati Madiun) memberontak melawan Belanda
sehingga Pangeran Natakusuma diasingkan ke Cirebon.Selepas kepergian Pangeran
Natakusuma dari Kraton,terjadi pergesaran kekuasaan di Kraton dengan di
angkatnya Adipati Anom menjadi Sultan HB III dan Sultan HB II menjadi Sultan
Sepuh.
Ketika
pergantian kekuasaaan dari Perancis ke Inggris,terjadi serah terima tawanan
yang didalamnya termasuk Pangeran Natakusuma.Inggris menruh simpati kepada
Pangeran Natakusuma karena sikapnya yang baik serta beliau juga mampu berbahasa
inggris.Pangeran Natakusuma kemudian dibebaskan dan dijadikan sebagai utusan
Inggris kepada Sultan HB II.Pada saat ini Sultan HB II kembali berkuasa setelah
menurunkan kembalu Sultan HB III menjadi Adipati Anom.
Karena
sikap keras Sultan HB II kepada Inggris maka peperangan pun tak dapat
dihindari.Dalam hal ini,Pangeran Natakusuma memberikan peta wilayah Kraton
kepada Inggris yang dapat menjadikannya disebut sebagai pengkhianat.Namun
disisi lain,Pangeran Natakusuma menyelamatkan Kraton dengan melindungi dan
menutup-nutupi lokasi-lokasi penting di Kraton.Lalu kemudian Pangeran
Natakusuma menemui Sultan untuk memberi isyarat agar menyerah kepada Inggris.Setelah
peperangan yang dimenangkan Inggris,Pangeran Natakusuma diangkat menjadi Pangeran
Mardiko setelah sehari sebelumnya Adipati Anom diangkat kembali menjadi Sultan
HB III.
Jika
melihat dari keadaan Pangeran Natakusuma dan Sultan HB III.Tentunya akan lebih
mudah jika Pangeran Natakusuma berencana untuk merebut tahta dan menjadi
Sultan,melihat kedekatan Pangeran Natakusuma dengan pihak Inggris.Namun hal itu
tidak dilakukannya meningat janji sumpah setianya kepada Ayahandanya (Sultan HB
I).
Setelah menjadi Pangeran Mardiko yang
bergelar Paku Alam I,Pangeran Natakusuma mendapat pembagian wilayah dimana
wilayah ini disebut sebagai Kadipaten Pakualama yang karena kesetiaan Pangeran
Natakusuma mengakibatkan hubungan antara Kraton Kasultanan Yogyakarta dengan
Kadipaten Pakualaman terjalin dengan sangat baik hingga hari ini.
Dari
sejarah Kadipaten Pakualaman diatas,dapat kita ketahui bahwa berdirinya
Kadipaten Pakualaman bukan karena ambisi kekuasaan,tetapi karena perjalanan
hidup yang pasrah kepada Tuhan,perilaku baik,dan setia kepada janji yang
akhirnya muncullah kemuliaan.
Banyak
hal yang bisa didapatkan dari kunjungan ke Puro Pakualaman.Mengenal sejarah
nenek moyang menjadi hal yang paling menarik disamping dapat memahami berbagai
macam ajaran-ajaran serta filosofi hidup para leluhur.Kedamaian serta rasa
rendah diri ketika berhadapan dengan peninggalan-peninggalan para leluhur
menjadikan suasana hati menjadi tenang.Menyaksikan begitu banyak cerita dibalik
tiap benda yang ada.Merasakan seperti kita kembali ke pangkuan para leluhur
yang dengan kebijaksanaannya telah membangun peradaban ini.Meneladani kesetiaan
Pangeran Natakusuma (Paku Alam I) kepada Sultan HB I,menjadikan kita generasi
yang mampu untuk mengemban amanah serta bertanggung jawab dengan apa yang telah
di percayakan kepada kita.Ditengah keramaian masyarakat perkotaan yang hidup
tak karuan bahkan tak mengerti asal usulnya serta akan dibawa kemana masa
depannya.Mengunjungi Puro Pakualaman memberikan pengalaman mengenai sejarah
yang begitu panjang serta penuh dengan nilai-nilai kehidupan yang dapat
membantu kita untuk melanjutkan hidup sebagai pribadi yang berbeda ditengah
belantara hutan beton perkotaan.Ajaran serta filosofi hidup leluhur yang banyak
dituangkan melalui karya seni dan bangunan,memberikan kita gambaran baru
mengenai kehidupan.Belum lagi sudut pandang sejarah baru yang kita peroleh dari
perjalanan kita di Puro Pakualaman mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang
seimbang dan tidak berat sebelah dalam melihat suatu hal.Mengunjungi museum dan
bagian arsip meningatkan kita untuk selalu mengingat sejarah.Karena dari sanalah
kita berasal dan dari sana lah bermunculan dan bertebaran nilai-nilai filosofi
para leluhur yang terlupakan.Kita masih perlu menggali lebih dalam lagi
mengenai leluhur-leluhur kita.Jangan sampai apa yang telah dihasilkan oleh para
leluhur lenyap begitu saja tanpa jejak.Sebagai generasi muda mahasiswa Ilmu
Sejarah,sudah seharusnya kita memiliki pandangan yang berbeda mengenai kehidupan
para leluhur serta nilai-nilai dan ajaran filosofi hidup yang terkesan
berbelit-belit dan membosankan.Padahal jika kita telusuri lebih dalam
lagi,begitu banyak hal yang dapat kita dapatkan,jauh lebih banyak dari apa yang
kita peroleh selama masa hidup kita hingga saat ini.
Kembali
mengenai kesetiaan Pangeran Natakusuma,sifat yang hanya dimiliki oleh seorang
yang benra-benar kuat dan tangguh hatinya.Tahan banting menghadapi begitu
banyak cobaan,serta selalu ikhlas dan berperilaku baik.Membuat manusia
mendapatkan kemuliaannya yang pada kehidupan saat ini telah sirna dan termakan
zaman.Sifat ksatria yang begitu susah ditumbuhkan ditengah zaman,yang begitu
sulit dibentuk oleh lembaga-lembaga pendidikan,yang begitu sukar dipelajari
dari orang-orang terdahulu yang memang karena kondisi zaman saat ini
benar-benar tidak mampu untuk menampung dan memberikan jalan kepada para
generasinya untuk mampu memahaminya.
Komentar
Posting Komentar